Monday, October 19, 2015

SYARAT-SYARAT MEMANFAATKAN AL QUR'AN

SYURUTHUL INTIFA' BIL-QUR'AN


(شُرُوْطُ الاِنْتِفَاعِ بِالْقُرْآنِ)




Sasaran Materi
Memahami urgensi intifa' dengan Al-Qur'an
Memahami syarat intifa terhadap Al-Qur'an
Dapat melaksanakan syarat-syarat tersebut dengan sebaik-baiknya ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an

Kisi-kisi Materi

Bersikap sopan terhadapnya
Berniat baik
Bersuci hati dan jasad
Menyibukkan jiwa dengannya
Mengkhususkan berpikir dengannya
Membaguskan dalam menerima (talaqqi)
Dengan hati yang khusu'
Dengan mengagungkan
Dengan kesiapan melaksanakan
Berorientasi dengan tujuan asasi Al-Qur'an
Petunjuk dari Allah
Pembentuk kepribadian Islam
Pemimpin manusia
Pembentuk masyarakat Islam
Mengikuti cara-cara para sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an
Memandang secara keseluruhan
Masuknya Al-Qur'an tanpa pertimbangan masa lalu
Mempercayai secara mutlak
Merasakan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur'an diarahkan pada dirinya
Tidak adanya hambatan
Urgensi Memanfaatkan Al-Qur’an click to collapse contents
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW bukan sekedar untuk menjadi hiasan rumah
Meskipun membacanya adalah ibadah, akan tetapi seperti halnya resep dari dokter, kalau sekedar dibaca tidak akan berpengaruh apapun
Oleh karena itu kita harus berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an agar kita mendapatkan manfaat yang besar darinya seperti yang pernah dialami genarasi pertama dahulu

Harus Memenuhi Syarat 

Agar kita dapat memanfaatkan Al-Qur’an kata kuncinya adalah adanya mu’ayasyah (interaksi) yang baik dengan Al-Qur’an
Mu’ayasyah yang baik itu mesti memenuhi syarat-syaratnya
Paling tidak, ada 5 syarat terpenting
Bersikap Sopan Terhadapnya (اَلتَّأَدُّبُ مَعَهُ)
Beradab dengan Al-Qur’an
Pertama, tentu kita harus memiliki adab yang baik dengan Al-Qur’an
Ingat bahwa Al-Qur’an adalah KALAMULLAH (firman Allah), bukan ucapan yang sembarangan
Membaca Al-Qur’an hakikatnya adalah berbicara dengan Allah
Niat yang Baik (حُسْنُ النِّيَّةِ) 
Ini menjadi syarat diterimanya semua ibadah: ikhlas
Mulailah membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan niat karena Allah semata
Mencari pahala dari Allah, bukan pujian manusia -> ingat, 1 huruf = 10 kebaikan
Berniat untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah)
Mengharapkan syafa’at dari Al-Qur’an seperti yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW

Syafa’at Al-Qur’an

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at kepada para pembacanya.” (HR. Muslim)

Suci Hati dan Jasad (طَهَارَةُ الْقَلْبِ وَالْجَسَدِ)
Agar hati kita bersih dari segala godaan syaitan, maka bacalah ta’awudz sebelum membaca Al-Qur’an (16:98)
Badan, pakaian, dan tempat membaca kita pun mesti bersih dari najis
Kondisi kita pun sebaiknya bersih dari hadats (kecil atau besar) -> berwudhu (56:79, 2:222)
Muthahharun dalam 56:79 memang bisa berarti malaikat atau orang yang suci dari janabah dan hadats
Mengkonsentrasikan Diri Sibuk dengannya (تَفْرِيْغُ النَّفْسِ عَنْ شَوَاغِلِهَا)
 
Tidak melakukan kesibukan lain selain menyibukkan diri dengan Al-Qur’an ketika membacanya

Tangan tidak melakukan gerakan-gerakan, misalnya sambil memainkan benda-benda
Hati manusia hanya mampu mengontrol satu saja, tidak bisa dua (33:4)
Menyibukkan dengan aktivitas lain akan mengganggu konsentrasi kita
Mengkonsentrasikan Pikiran dengan Al-Qur’an (حَصْرُ الْفِكْرِ مَعَ الْقُرْآنِ)

Selesaikan aktivitas lain sebelum membaca Al-Qur’an agar saat membacanya pikiran kita sudah bersih
Jangan disibukkan dengan selalu melihat jam, seakan tidak betah berlama-lama dengan Al-Qur’an
Orang-orang kafir selalu akan mengganggu kita dari membaca Al-Qur’an dengan cara membuat berbagai “hiruk-pikuk” (hura-hura) 41:26
Membaguskan dalam menerimaNYA (حُسْنُ التَّلَقِّيْ)
Dengan Hati yang Khusyu’ (بِالْقَلْبِ الْخَاشِعِ)
Proses turunnya Al-Qur’an (26:192-194)
Saat Al-Qur’an Ditanam dalam Hati
Al-Qur’an oleh Malaikat Jibril langsung ditanam di dalam hati Rasulullah SAW
Rasulullah merasakan BERAT SEKALI ketika menerima wahyu, terutama kalau dalam bentuk seperti gemerincing lonceng
Diriwayatkan bahwa
ketika menerima wahyu di atas onta, maka onta pun segera terduduk
Ketika musim dingin, beliau bercucuran keringat

Hati Manusia Lebih Kuat

Hati manusia diciptakan oleh Allah sangat kuat, lebih kuat dari gunung
59:21 seandainya Al-Qur’an diturunkan kepada gunung, maka gunung akan
Tunduk dan pecah karena takutnya kepada Allah
Maka dalam menerima dan mempelajari Al-Qur’an dengan hati kita, bukan dengan mendahulukan akal kita

Hati kemudian Akal

Jika akal didahulukan, maka dalam sejarah berakibat munculnya paham-paham yang menyimpang: mu’tazilah (rasionalis), qadariyah (tidak percaya takdir), dan jabbariyah
Di Indonesia ada kelompok Isa Bugis yang tidak mempercayai mu’jizat, sehingga ditafsirkan sesuai dengan akal mereka
Banjir Nabi Nuh dikatakan banjir maksiat, bukan banjir yang sebenarnya
“idzaa zulzilatil ardhu zilzaalaha”: petani yang sedang membajak sawah sehingga tanahnya bergulung-gulung
Pemaksaan tafsir Al-Qur’an dengan tafsir hermeneutika juga karena bukan hati yang berbicara, tapi hanya rasio

Tuduhan terhadap Al-Qur’an
Sudah sejak pertama diturunkan Al-Qur’an telah mendapatkan tuduhan macam-macam
8:31 Al-Qur’an = dongeng masa lalu -> tokohnya adalah An-Nadhar bin Al-Harits
Al-Walid bin Al-Mughirah meskipun hatinya menolak bahwa Al-Qur’an itu sebagai mantra dukun, perkataan orang sinting, ungkapan penyair, dan sihir, tapi akhirnya akalnya mengalahkannya, sehingga dia menganjurkan agar disebut saja sihir (43:30)

Tuduhan di Masa Sekarang

Beberapa ayatnya sudah tidak relevan lagi
Al-Qur’an itu maskulin, khusus laki-laki dan menyia-nyiakan perempuan
Al-Qur’an itu produk budaya, bikinan Utsman, teks Al-Qur’an itu bukan asli dari Allah
Yang paling mengherankan adalah tuduhan-tuduhan di atas muncul dari orang Islam sendiri, bahkan dari orang yang mengaku cendekiawan muslim
Minta Perlindungan click to collapse contents
Hati yang tidak khusyu’ akan sulit memahami dan menerima Al-Qur’an
Rasul SAW sendiri di antara doanya adalah

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan (HR Muslim)

Dengan Mengagungkan (بِالتَّعْظِيْمِ)

Menempatkan Al-Qur’an DI DEPAN kita (sebagai imam), sedangkan kita di belakang Al-Qur’an (sebagai makmum)

Ini menjadi salah satu pertanyaan kubur: “Siapa imammu?” (Al-Qur’an)
49:1 tidak mendahului Allah dan RasulNya
Muadz bin Jabal ketika ditanya Rasul SAW dengan apa kamu menghukumi rakyat
Pertama, dengan Kitab Allah
Kedua, dengan Sunnah Rasulullah
Ketiga, baru berijtihad

Mengagungkan Al-Qur’an secara Fisik

Perhatikanlah ketika seseorang menerima surat keputusan (SK) dari pejabat di atasnya, bagaimana dia menerimanya?
Bagaimana seorang mahasiswa ketika menerima ijazah ketika wisuda?
Bagaimana seseorang menerima surat perintah raja?
Secara fisik, mereka sangat hormat dalam menerimanya
Al-Qur’an lebih mulia dari semua itu, maka sudah sewajarnya mendapatkan penghormatan secara fisik juga
Tidak meletakkan Al-Qur’an di tempat yang rendah
Untuk Dilaksanakan (لِلتَّنْفِيْذِ)
Ini adalah ungkapan yang dipopulerkan oleh Sayyid Quthb: لِلتَّنْفِيْذِ التَّلَقِّيْ (menerima untuk dilaksanakan)
Seperti surat perintah harian komandan
Jadi bukan sekedar untuk dibaca dan dipahami saja, tapi yang utama justru adalah untuk dilaksanakan (tentu setelah dibaca dan dipahami dengan baik)
Sami’na wa Atha’na click to collapse contents
“Mendengar dan taat” itulah ungkapan para sahabat ketika menerima arahan dari Al-Qur’an, meskipun berat
Kisah turunnya 2:284 yang membuat BERAT hati para sahabat karena keimanan mereka yang tinggi
Mereka datang kepada Rasul mengadukan hal ini
Rasul menyuruh mereka agar mengatakan سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (akhir ayat 285)
Allah memuliakan mereka dengan menurunkan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah (2:285-286)
Berorientasi dengan tujuan asasi Al-Qur'an (اَلاِلْتِفَاتُ إِلَى اْلأَهْدَافِ اَلأَسَاسِيَّةِ)
Metode Al-Qur’an
Dalam menceritakan suatu peristiwa, sering Al-Qur’an tidak menyebutkannya secara detail, karena yang dipentingkan adalah PELAJARAN yang bisa diambil, bukan detail-detail kisahnya
Ashhabul kahfi
Di mana guanya?
Siapa nama-nama pemuda itu?
Tongkat Nabi Musa AS
Kayunya dari kayu apa?
Berapa panjangnya? Beratnya?
Tujuan Dibuatnya Perumpamaan
Agar mendapat pelajaran

وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (39:27)

Contoh Perumpamaan:Pemilik Dua Kebun Anggur click to collapse contents
Ia memiliki dua kebun anggur
Kekayaan yang Berlimpah click to collapse contents
Dari hasil kebun dan ladang
Kedua kebun menghasilkan buah
Buahnya tidak kurang sedikit pun
Memiliki harta berlimpah berupa emas dan perak
Dia adalah orang kaya raya yang diceritakan dalam al-Qur’an selain Qarun
Qarun sendiri kekayaannya digambarkan dengan ungkapan: وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat (28:76)
Sifat Pemilik
Sombong dengan orang yang tidak punya
Hartanya lebih banyak
Pengikutnya juga lebih hebat
Zhalim terhadap dirinya sendiri
Meyakini kekekalan hartanya
Meragukan akhirat
Meyakini bahwa kekayaan di dunia pertanda baik kehidupan akhiratnya
Tanggapan Lelaki Faqir Mu’min
Menegurnya dengan mengingatkan hakikat manusia sebagai makhluk Allah
Memperlihatkan keimanan dirinya kepada Allah
Mengajarkan adab masuk kebun dan melihat karunia Allah yang begitu banyak: مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
Mengharapkan kepada Allah akan karunia harta dan keturunan di akhirat
Mengancam akan tibanya adzab Allah berupa petir, atau surutnya air sampai habis
Akhir Kisah
Dan harta kekayaannya dibinasakan,
lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu,
sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku".
Hakikat Penolong
Dan tidak ada bagi dia segolongan pun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.
Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.

Pelajaran 1
Kelebihan yang dimiliki seseorang (harta, ilmu, dll) biasanya menjadi penyebab sikap sombong
Kalau ini yang berlaku, berarti ia terfitnah dan tertipu
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي (28:78) Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ (39:49) "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku".
Ini berbeda dengan sikap Nabi Sulaiman: قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ (27:40)
Pelajaran 2
Syukur yang paling rendah adalah pengakuan bahwa semua yang dimiliki itu pemberian dari Allah
Ungkapannya seperti ungkapan Nabi Sulaiman atau yang diajarkan oleh mu’min faqir: مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
Syukur tertinggi: beramal karena sebagai rasa syukur dirinya atas segala pemberian Allah
Pelajaran 3
Memandang sesuatu harus dari awal hingga ujungnya, jangan berhenti di tengah
Kalau berhenti di tengah, maka pemilik dua kebun mewah itu bernasib baik
Kaya raya
Banyak keturunan
Banyak teman
Kalau sampai ujungnya, maka akhirnya adalah kesengsaraan dan penyesalan
Al-Qur’an selalu mengatakan: وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa (7:128, 11:49, 28:83)
Pelajaran 4
Kisah ini khas untuk dakwah pada fase permulaan: kafir kaya vs mu’min miskin
Ini memang surat Makkiyah di mana kondisi kaum Muslimin serba sulit
Orang kaya pada fase ini banyak yang enggan bergabung dalam dakwah karena lebih cinta dunia
Orang miskin banyak yang bergabung karena merasa mendapatkan pembelaan
Di fase dakwah menang, ayat-ayat yang turut berkaitan dengan bagaimana membagi harta
Harta rampasan perang
Harta warisan
Zakat
Di fase ini biasanya banyak orang kaya yang terpaksa bergabung dalam barisan dakwah -> muncullah orang-orang munafik
Tujuan Kisah-kisah
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (11:120)

Tujuan Asasi 1: Hidayah Menuju Allah (اَلْهِدَايَةُ إِلَى اللهِ)
Jelas dari permulaan dalam mushhaf
1:6 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
2:2 هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
2:185 هُدًى لِلنَّاسِ
2:38 Ketika Adam AS dikeluarkan dari sorga maka Allah akan memberikan petunjuk
Sebelumnya Bingung
Sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau SAW
Bingung (93:7) وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى
Tidak mengetahui apa itu Kitab (42:52)
Setelah mendapatkan Al-Qur’an maka beliau dinyatakan sebagai PETUNJUK (42:52) وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Kegelapan di Atas Kegelapan 
Bagaimana dengan orang kafir? 24:40
Mereka seperti berada dalam gelap gulita samudra yang dalam
yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan
gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya
Bagaimana mereka dapat memberi petunjuk sedangkan dirinya sendiri pun tidak tahu?
Tujuan Asasi 2:Membentuk Pribadi Muslim (تَكْوِيْنُ الشَّخْصِيَّةِ اَلْمُسْلِمَةِ)
Dari urutan turunnya surat Al-Qur’an jelas sekali tentang arahan pembentukan pribadi muslim
96:1 – 5 perintah setiap orang untuk membaca
Surat 68 (Al-Qalam): pentingnya menulis
Surat Al-Muzammil: bekal QL dan tilawah Al-Qur’an
Muncullah pribadi-pribadi Qur’ani yang unik dari berbagai latar belakang mereka
Bukan Hit-and-Run click to collapse contents
Jadi bukan sekedar menyampaikan lalu ditinggal atau “hit-and-run”
Pribadi yang sudah direkrut dibina dalam rumah Arqam bin Abil Arqam
Ada LIQA’ rutin yang mereka lakukan
Dari sanalah muncul pribadi-pribadi yang memiliki keistimewaan
Tujuan Asasi 3:Pemimpin Manusia (قِيَادَةٌ بَشَرِيَّةٌ)
2:30 Tugas manusia adalah menjadi KHILAFAH DI DUNIA
2:142 وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
Nabi Nuh AS di hari kiamat dipanggil oleh Allah dan ditanya apakah sudah menyampaikan risalah kepada umatnya? Beliau mengiyakan, tapi dibantah oleh umatnya. Ketika ditanya saksinya, beliau menjawab Muhammad dan umatnya. Begitu pula nabi yang lain

Janji Kepemimpinan

Minta Kekuasaan
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه وسلم سَأَلَ رَبَّهُ جَلَّ ثَنَاؤُهُ أَنْ يَجْعَلَ لَهُ مُلْكَ فاَرِسَ والروم فِي أُمَّتِهِ

Rasulullah SAW meminta kepada Allah SWT agar menjadikan Kerajaan Romawi dan Persia untuk ummatnya

Allah menjawabnya dengan menurunkan ayat

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (3:26)

Tujuan Asasi 4:Membentuk Masyarakat Islam (تَكْوِيْنُ الْمُجْتَمَعِ اَلإِسْلاَمِيِّ)
Dari SEORANG DIRI
Bertambah SATU WANITA beriman (Khadijah Al-Kubro)
Bertambah SATU LAKI-LAKI beriman (Abu Bakar Ash-Shiddiq)
Dst hingga di Haji Wada’ berjumlah 124.000 orang (atau 140.000 sahabat)
Lahirlah MUTIARA-MUTIARA click to collapse contents

Gelar-gelar Sahabat

Mengikuti cara-cara interkasinya para sahabat (إِتِّبَاعُ كَيْفِيَّةِ تَعَامُلِ الصَّحَابَةِ)
Mengalami Langsung
Sahabat Nabi SAW adalah orang yang mengalami langsung segala peristiwa selama Al-Qur’an turun
Mereka paling mengerti tentang Al-Qur’an dibandingkan orang-orang setelahnya
Oleh karena itu, metode atau urutan dalam menafsirkan Al-Qur’an setelah
menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan
menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan Atsar Shahabat
Memandang secara Komprehensif (اَلنَّظْرَةُ اَلْكُلِّيَّةُ

Para sahabat tidak memandang Al-Qur’an secara sepotong-sepotong karena akan menimbulkan pemahaman yang salah
Ada seorang misionaris yang berkata kepada seorang anak Muslim yang ternyata hafal dan faham Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an memuji agama Kristen sambil menyebutkan ayatnya (5:82)
Dijawab: Anda keliru. Ayat itu tidak berlaku umum, tapi khusus para pendeta Habasyah dan raja Najasyi yang kemudian beriman kepada Al-Qur’an
Sikap Rasul sendiri bahkan menantang MUBAHALAH dengan orang Kristen, tapi mereka tidak berani (3:61)
Bahaya Tidak Utuh
Cak Nur: Islam mengajak adanya kesamaan dengan ahli kitab (3:64 kalimatun sawaa)
Ini pemahaman sepotong ayat
Kalau dipahami secara utuh malah sebaliknya, mengajak mereka kembali kepada tauhid yang telah disepakati sebelum mereka menyimpang
Pemahaman jihad: jihad dalam Islam hanyalah untuk membela diri (defensif)
Jihad defensif hanyalah salah satu tahapan dari tahapan-tahapan jihad yang berakhir pada jihad ofensif (penaklukan)
Memasuki Qur’an tanpa Ada Pretensi Sebelumnya (دُخُوْلُ الْقُرْآنِ دُوْنَ مُقُرَّرَاتٍ سَابِقَةٍ)
Bukan mencari legitimasi (pembenaran) dari Al-Qur’an terhadap apa yang kita maui
Ini namanya mempermak kepala karena pecinya sempit, bukannya mencari peci yang sesuai (peci yang menyesuaikan, bukan kepalanya)
Misalnya
Karena ingin ditaati rakyat, maka ketemulah ayat kewajiban taat (4:59)
Agar program KB ditaati umat Islam, dicari ayat pembenarnya (4:9)
Bahayanya
Ini termasuk punya niat yang tidak baik sebelum memahami Al-Qur’an
Al-Qur’an dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan hawa nafsunya
Menolak ayat-ayat yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya (2:85)
Menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah (2:41, 5:44)
Membuat berbagai macam tuduhan keji terhadap Al-Qur’an
Menyesuaikan Diri
Sikap para sahabat adalah menyesuaikan diri dengan apa yang mereka temui di dalam Al-Qur’an, meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya
Pada masa Umar sebagian kaum Muslimin yang suka minum khamr masih tetap meminumnya dengan alasan bahwa AL-Qur’an tidak tegas melarangnya (akhir 5:91) sehingga mereka memilih minum khamar
Umar terkejut dan mengumpulkan para sahabat
Mereka sepakat bahwa yang dimaksud justru: BERHENTILAH!
Para peminum khamr akhirnya didera 80 kali
Kami Berhenti! click to collapse contents
Ketika ayat pengharaman khamr turun (5:90-91), maka para sahabat berkata, “Kami berhenti!”
Mereka menumpahkan khamr yang ada di dalam rumah mereka
Rasulullah SAW bersama sahabat pergi ke pasar dan merobek wadah khamr, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat untuk merobek semua wadah khamr
Umar Mendapat Ilham click to collapse contents
Beberapa kali Umar memiliki pandangan yang sesuai dengan Al-Qur’an sebelum suatu ayat turun
"Ya Allah, jelaskanlah kepada kami masalah khamr dengan keterangan yang memuaskan. "
Maka turun 2:219
Umar masih berkata yang sama, lalu turun 4:43
Umar masih berkata yang sama, maka turun 5:90-91
Sikap terhadap tawanan perang Badar (8:67)
Bagian terakhir 23:14
Ketika dialog dengan orang Yahudi, ternyata mereka membenci Malaikat Jibril dan menyukai Malaikat Mikail. Umar mencela mereka dan mau menceritakan masalah ini kepada Rasul SAW. Rasul SAW menceritakan turunnya 2:97. Ternyata apa yang mau disampaikan Umar seperti pada ayat tersebut
Percaya Mutlak (اَلثِّقَةُ اَلْمُطْلَقَةُ)
Meskipun mereka tidak mengerti apa arti suatu kata
Umar membaca surat Abasa sehingga sampai ayat 31, lalu berkata, “Kami telah mengetahui apa yang dimaksud dengan fakihah, tetapi apakah yang dimaksud dengan al-abb?” Ia berkata kepada dirinya sendiri, lalu ia melanjutkan, “Demi usiamu, hai Ibnul Khattab, sesungguhnya ini benar-benar merupakan takalluf (memaksakan diri).”
(ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ)
Tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya
Ini kalimat berita, tetapi yang dimaksud adalah larangan, “Janganlah kalian meragukannya!”
Barangsiapa masih ada sedikit keraguan, maka imannya diragukan
Cepat Percaya (بَادِيَ الرَّأْيِ)
Orang yang cepat percaya biasanya dianggap bodoh atau tidak kritis
Tapi cepat percaya kepada Al-Qur’an? Itu tuntutan!
Para pembesar kaum Nabi Nuh AS menuduh bahwa para pengikut Nabi Nuh hanyalah orang-orang yang cepat percaya saja atau pikirannya dangkal (بَادِيَ الرَّأْيِ) 11:27
28:52-55 rombongan pendeta Habasyah yang menemui Rasul di Mekkah, saat mendengarkan Al-Qur’an mereka langsung percaya
Kafir Quraisy vs Habasyah 
Sikap kafir Quraisy ketika dibacakan Al-Qur’an: kenapa diturunkan kepada Muhammad, bukan kepada salah satu pembesar dari dua negeri, Mekkah (Al-Walid bin Al-Mughirah) dan Thaif (Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi) 43:31
Sikap para pembesar Habasyah: beriman dan bercucuran air mata (5:83), bahkan Raja Najasyi mengatakan bahwa Al-Qur’an dan Injil keluar dari sumber yang satu (Allah)
Respon Langsung (الاِسْتِجَابَةُ الْمُبَاشَرَةُ)
Karena percayanya kita kepada Al-Qur’an sehingga sikap kita adalah merespon langsung perintah Al-Qur’an
40:60 -> berdoalah
84:8 -> jawab “rabbi haasibnii hisaaban yasiiraa”
87:1 -> jawab “subhaana rabbiyal a’laa”
95:8 -> jawab “balaa wa ana ‘alaa dzaalik minsy syaahidiin”
Ayat-ayat sajdah, responnya sujud tilawah
Merasakan bahwa Dirinyalah yang Dituju (اَلشُّعُوْرُ بِأَنَّ اْلآيَةَ مُوَجَّهَةٌ إِلَيْهِ)
Inilah luar biasanya para sahabat
Tsabit bin Qais bin Syammas ketika turun 49:1 merasakan dirinyalah yang dimaksud ayat itu sehingga mengurung diri
Saat turun 8:27 Abu Lubabah bin An-Nadzir mengikatkan diri ke tiang Masjid Nabawi karena telah berkhianat
TIDAK ADANYA HAMBATAN (اِنْتِفَاءُ الْمَوَانِعِ)

Singkirkan Penghalang 
Kita harus membersihkan diri kita dari segala penghalang antara diri kita dan Al-Qur’an
17:45-46
Apabila dibacakan Al-Qur’an, maka orang yang tidak mengimani akhirat ada dinding penghalang
Dan Allah menutup hati dan telinganya
Sehingga mereka tidak memahaminya
Rasulullah membaca ayat ini (17:45) ketika Ummu Jamil binti Harb mencarinya, tapi tidak bisa melihatnya meski di depannya
Kenapa Tidak Paham? click to collapse contents

Ingat Doa Ini :

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

Ya Allah, berilah manfaat untukku terhadap apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku apa yang bermanfaat bagiku, tambahkanlah aku ilmu, segala puji bagi Allah dalam segala kondisi, dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli neraka

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan taufik dan hidaya-NYA bagi hamba-hamba yang taat dan senantiasa beriman hanya kepada sang pencipta ALLAH SWT .
http://fiqihagamaislam.blogspot.com

No comments:

Post a Comment